Minggu, 22 Februari 2015

Student Journalism Training

Usai menuntaskan urusan registrasi, aku mengintip ke dalam ruang rapat itu. Aku melihat segelintir orang sudah memenuhi dua baris kursi terdepan. Aku datang tepat waktu, aku menghela napas lega. Segera kubawa diri melangkah melewati pintu.

Hari ini (22/2), sejumlah 100 pelajar SMA sederajat se-Jabodetabek berkumpul dalam Ruang Rapat 1 Balai Kota Bogor untuk mengikuti Student Journalism Training. Acara ini diselenggarakan oleh Yayasan IMAGO Indonesia yang bekerja sama dengan Sentra Pelajar Indonesia (SPIN).

Tepat pada pukul 8, peserta acara semakin memadati ruangan. Deretan kursi yang tadinya masih kosong, kini sudah terisi hingga baris terakhir. Aku berkenalan dengan mereka yang berasal dari luar Kota Bogor. Aku takjub melihat wajah-wajah mereka, binar mata mereka mencerminkan semangat untuk mengikuti pelatihan jurnalistik ini.

Ternyata acara ini tidak hanya membuatku bertemu dengan teman-teman baru, namun juga dengan teman-teman lama. Sebelum acara dimulai, aku melihat beberapa teman SMP dan SDku. Aku menghampiri mereka dan kami saling berjabat tangan, bertukar kabar menanyakan kesibukan masing-masing. Aku senang dapat bertemu dengan mereka di kesempatan yang luar biasa ini.


Student Journalism Training yang berlangsung selama tujuh setengah jam ini dibagi menjadi tiga sesi. Sesi pertama diisi oleh Jaka Lelana, News Gathering Coordinator SINDO TRIJAYA. Beliau memberikan materi tetang Urgensi Kejurnalistikan di Dunia Sekolah. Dalam pembicaraannya, beliau banyak bercerita tentang pengalaman pribadinya menulis di media sosial.

Sesi kedua diisi oleh Hafidz Muftisany, Jurnalis REPUBLIKA. Melalui gayanya yang lucu dan kata-katanya yang sering kali mengundang tawa, beliau memaparkan materi tentang Teknik Penulisan Berita. Dalam sesi yang satu ini, aku merasa mendapatkan banyak sekali ilmu-ilmu baru seputar penulisan berita yang belum pernah aku ketahui sebelumnya.

Sesi ketiga seharusnya diisi oleh Iqbal Setyarso, Direktur Global Philanthropy Media ACT. Namun karena beliau berhalangan hadir, akhirnya beliau digantikan oleh Bambang Triyono. Pada kesempatan itu, Pak Bambang menjabarkan materi seputar Jurnalistik Kemanusiaan. Beliau menampilkan beberapa foto dan video tentang saudara-saudara kita di penjuru dunia yang kehidupannya tidak layak. Foto dan video itu amat menyentuh hati kami, para peserta Student Journalism Training.


Sebelum acara berakhir, kami sempat berdiskusi untuk membuat sebuah komunitas jurnalistik bernama Student Journalism (StuJu). Komunitas ini dibuat agar pelatihan kali ini menjadi sebuah acara yang berkelanjutan, tidak hanya sekedar lewat begitu saja. Berdasar pada hasil voting, akhirnya terpilihlah Naufal Haidar Farras dari SMAI Sinar Cendekia Tangerang sebagai Ketua StuJu se-Jabodetabek. Kemudian disetujui juga koordinator masing-masing wilayah. Wilayah Jakarta dikoordinatori oleh Ide Nada Imandiharja dari SMA Negeri 49 Jakarta, Bogor oleh Ika Keumala Fitri dari SMA Negeri 1 Bogor, Depok oleh Namirah Anwar dari SMA Sejahtera 1, Tangerang oleh Muhammad Hanif Syifa'ul Qolbi dari SMA Negeri 4 Tangerang Selatan, dan Bekasi oleh Amelia Yahya dari SMA Negeri 14 Bekasi.


Harapanku, semoga komunitas StuJu ini mampu melahirkan generasi jurnalis yang "tegas, lugas, dan terpercaya". Tidak hanya mampu membawa manfaat bagi diri sendiri, namun juga bagi orang banyak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar